Konsep
Dasar Pre-Eklampsia Berat
1
Definisi
Pre-eklampsia
adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Prawirohardjo, 2007)
Pre-eklampsia
adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan
darah (TD) dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan kejang (eklampsia) dan
gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi
pertumbuhan dan abrupsio plasen(Chapman, 2006)
Pre-eklampsia
dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksiakan progresif
serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multi-organ yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negatif pada lingkungan janin.(Boyle,
2008)
2
Etiologi
Apa yang menjadi
penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah
mendapat banyak teori yang coba menerangkan sebab-musahab penyakit tersebut,
akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang
dapat diterima harus dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal
berikut:
(Prawirohardjo, 2007)
1. Sebab
bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa.
2. Sebab
bertambanya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab
dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
4. Sebab
jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan berikutnya.
5. Sebab
timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Kondisi yang berkaitan
atau yang menjadi predisposisi terjadinya pre-eklampsia (Kriebs, 2010):
1. Nuliparitas
2. Penyakit
trofoblastik
3. Kehamilan kembar,
tanpa memperhatikan paritas
4. Penyakit medis yang
sudah ada sebelumnya :
Hipertensi kronis
Penyakit ginjal kronis
Diabetes mellitus pragestasional
5. Riwayat
pre-eklampsia atau eklampsia dalam keluarga.
3
Patofisiologi
Preeklampsia
berhubungan dengan implantasi abnormal plasenta dan invasi dangkal
tromboblastik yang diakibatkannya. Mengakibatkan berkurangnya perfusi plasenta.
Anteria spiralis maternal (juga disalahartikan arteria uterina) gagal mengalami
vasodilatasi fisiologis normalnya aliran darah kemudian mengalami hambatan
akibat perubahan aterotik yang menyebabkan obstruksi di dalam darah.
Patologi
peningkatan tahanan dalam sirkulasi utero plasenta dengan gangguan aliran darah
intervilosa, dan berakibat iskemia dan hipoksia yang bermanifestasi selama
paruh kedua kehamilan (Chapman, 2006).
Pada
beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensivitas vaskuler terhadap angiontensin
II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya
akan terjadi vasospasme. Vasospame merupakan diameter pembuluh darah ke semua
organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun
sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degerenasi pada plasenta dan
kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas
uterus dan sensifitas terhadap oksitosin meningkat. (Maryunani dkk, 2009).
4
Klasifikasi
a) Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuria atau edema pada
umur 20 minggu atau lebih pada masa nifas. (Nugroho,
2010)
b)Pre
eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Nugroho, 2010)
c) Eklampsia diklasifikasikan menurut saat terjadinya kejang
pertama dalam kaitannya dengan saat kelahiran. (Benson dan Pernoll, 2009)
5
Gejala
dan Tanda
a)
Tekanan darah sistolik / diastolik ≥ 160 / 110 mmHg.
b)
Proteinuria 5 gram atau lebih per 24 jam atau kulitatif positif 3 atau 4.
c)
Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per jam disertai
dengan kenaikan kretinin plasma
d) Gangguan
visus dan cerebral.
e)
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran
kanan atas abdomen
f)
Edema paru, cyanosis.
g)
Pertumbuhan intra uterin terlambat
h)
Adanya HELLP syndrome (Hemolisis Elevated Liver function test
and Low Platelet count). (Nugroho,
2010)
6
Diagnosis
Diagnosis pre-eklampsia yang ditegakkan
berdasarkan (Mochtar, 2006):
1. Gambaran klinik : pertambahan berat badan
yang berlebihan,edema,
hipertensi, dan timbul proteinuria.
Gejala
subjektif : sakit kepala di daerah frontal, nyeri
epigastrum,
gangguan visus, penglihatan kabur, skotoma, mual dan muntah.
Gangguan serebral lainnya : refleks meningkat dan
tidak tenang.
2. Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat
dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis
eklampsia (Benson dan Pernoll, 2009) antara
lain :
1.
Kejang
Mungkin disebabkan oleh ensefalopati
hipertensi, epilepsi, tromboemboli, intoksikasi atau efek lepas obat, trauma,
hipoglikemia, krisis hemolitik pada anemia sel sabit atau tetani karena alkalosis
dan eklampsia.
2. Koma
Biasanya mengikuti kejang pada
eklampsia, tetapi koma dapat juga terjadi tanpa kejang. Penyebab koma lainnya
adalah epilepsi, sinkop, intoksikasi obat atau alcohol, asidosis atau
hipoglikemia (diabetes), stroke dan azotemia.
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan > 20 minggu didapatkan
satu/lebih gejala/tanda.
7
Komplikasi
Komplikasi
ibu dengan pre-eklampsia adalah cerebral vascular yunani dkk, 2009 accident,
kardiopulmonari edema, insufisiensi Renal Shutdown, retardasi pertumbuhan,
kematian janin intrauterine yang disebabkan hipoksia dan prematur. Pre-eklampsia dapat berkembang secara
progresif menjadi eklampsia yaitu pre-eklampsia ditambah dengan kejang dan koma (Maryunani dkk, 2009).
8 Penatalaksanaan
Ditinjau
dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama
perawatan. Maka perawatan dibagi menjadi:
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan
segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medisial.
a.
Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment (NST & USG )
Indikasi
Pada ibu :
1. Usia kehamilan 37 minggu lebih.
2. Adanya
tanda-tanda atau gejala impending eklampsia.
3. Kegagalan
tetapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan medikamentosa terjadi kenaikan tekanan darah
atau setelah 24 jam terapi medikamentosa
tidak ada perbaikan.
Pada janin
1. Hasil fetal
assessment jelek (NST & USG)
2. Adanya tanda IUGR
Laboratorium
Adanya HELLP syndrome
b. Pengobatan
Medikamentosa yaitu :
1. Segera
masuk rumah sakit
2.
Tidur
berbaring, miring ke satu sisi (sebaiknya kiri), tanda
vital diperiksa setiap 30 menit, refleks
patella setiap9w jam.
3. Infuse
dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan
infus
RL (60-125 cc/jam) 500 cc
4. Antasida
5. Diet
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6. Pemberian
obat anti kejang : diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan 40 mg dalam Dekstrose
10% selama 4-6 jam. Atau MgSO4 40% 5 gram IV pelan-pelan dilanjutkan 5 gram
dalam RL 500 cc untuk 6 jam.
c. Pengobatan
obstetrik
1.
Cara terminasi
kehamilan yang belum inpartu
Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat
nilai
bishop 5 atau lebih dan dengan
fetal heart monitoring.
Seksio sesaria bila :
a. Fetal assessment jelek
b. Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai bishop kurang
dari 5) atau adanya
kontaindikasi tetesan oksitosin.
c. 12 jam setelah dimulainya tetesan
oksitosin belum masuk
fase
aktif.
d. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
2.
Cara
terminasi kehamilan yang sudah inpartu
2.a. Kala I
Fase laten : 6 jam belum masuk fase
aktif maka dilakukan seksio sesaria
Fase aktif : Amniotomi saja. Bila 6
jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio
seksaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin)
b.
Kala II
Pada
persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan
sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian terapi medikamentosa. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang bila keadaan memungkinkan terminasi ditunda 2
kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
2.
Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medis.
a. Perawatan konservatif
Indikasi
: Bila kehamilan preterm atau kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
Terapi
medikamentosa : Sama dengan terapi medikamentosa pada pengelolaan aktif. Hanya
loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler saja dimana
4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar