Jumat, 18 Januari 2013

Pre Eklampsi Berat


Konsep Dasar  Pre-Eklampsia Berat
1 Definisi
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Prawirohardjo, 2007)
Pre-eklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan kejang (eklampsia) dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrupsio plasen(Chapman, 2006)
Pre-eklampsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksiakan progresif serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multi-organ yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negatif pada lingkungan janin.(Boyle, 2008)

2   Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah mendapat banyak teori yang coba menerangkan sebab-musahab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
                   (Prawirohardjo, 2007)
1.    Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
2.    Sebab bertambanya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3.    Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4.    Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan berikutnya.
5.    Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Kondisi yang berkaitan atau yang menjadi predisposisi terjadinya pre-eklampsia (Kriebs, 2010):
1. Nuliparitas
2. Penyakit trofoblastik
3. Kehamilan kembar, tanpa memperhatikan paritas
4. Penyakit medis yang sudah ada sebelumnya :
    Hipertensi kronis
    Penyakit ginjal kronis
    Diabetes mellitus pragestasional
5. Riwayat pre-eklampsia atau eklampsia dalam keluarga.

3   Patofisiologi
Preeklampsia berhubungan dengan implantasi abnormal plasenta dan invasi dangkal tromboblastik yang diakibatkannya. Mengakibatkan berkurangnya perfusi plasenta. Anteria spiralis maternal (juga disalahartikan arteria uterina) gagal mengalami vasodilatasi fisiologis normalnya aliran darah kemudian mengalami hambatan akibat perubahan aterotik yang menyebabkan obstruksi  di dalam darah.
        Patologi peningkatan tahanan dalam sirkulasi utero plasenta dengan gangguan aliran darah intervilosa, dan berakibat iskemia dan hipoksia yang bermanifestasi selama paruh  kedua kehamilan (Chapman, 2006).
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensivitas vaskuler terhadap angiontensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospame merupakan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degerenasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensifitas terhadap oksitosin meningkat. (Maryunani dkk, 2009).


4   Klasifikasi
a)    Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria  atau edema pada umur 20 minggu atau lebih pada masa nifas. (Nugroho, 2010)
b)Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Nugroho, 2010) 
c)  Eklampsia diklasifikasikan menurut saat terjadinya kejang pertama dalam kaitannya dengan saat kelahiran. (Benson dan Pernoll, 2009)

5        Gejala dan Tanda
a) Tekanan darah sistolik / diastolik ≥ 160 / 110 mmHg.
b) Proteinuria 5 gram atau lebih per 24 jam atau kulitatif positif 3 atau 4.
c) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per jam disertai  
    dengan kenaikan kretinin plasma
d)   Gangguan visus dan cerebral.
e)  Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen
f)  Edema paru, cyanosis.
g) Pertumbuhan intra uterin terlambat
h) Adanya HELLP syndrome (Hemolisis Elevated Liver function test     
     and Low Platelet count). (Nugroho, 2010)

6  Diagnosis
      Diagnosis pre-eklampsia yang ditegakkan berdasarkan (Mochtar, 2006):
1.  Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan,edema,
     hipertensi, dan timbul proteinuria.
Gejala subjektif : sakit kepala di daerah frontal, nyeri
epigastrum, gangguan visus, penglihatan kabur, skotoma, mual dan muntah.
Gangguan serebral lainnya : refleks meningkat dan tidak tenang.
2. Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium.
     Diagnosis eklampsia (Benson dan Pernoll, 2009) antara lain :
1.    Kejang
Mungkin disebabkan oleh ensefalopati hipertensi, epilepsi, tromboemboli, intoksikasi atau efek lepas obat, trauma, hipoglikemia, krisis hemolitik pada anemia sel sabit atau tetani karena alkalosis dan eklampsia.
2.   Koma
Biasanya mengikuti kejang pada eklampsia, tetapi koma dapat juga terjadi tanpa kejang. Penyebab koma lainnya adalah epilepsi, sinkop, intoksikasi obat atau alcohol, asidosis atau hipoglikemia (diabetes), stroke dan azotemia.
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan > 20 minggu didapatkan satu/lebih gejala/tanda.


7 Komplikasi
            Komplikasi ibu dengan pre-eklampsia adalah cerebral vascular yunani dkk, 2009 accident, kardiopulmonari edema, insufisiensi Renal Shutdown, retardasi pertumbuhan, kematian janin intrauterine yang disebabkan hipoksia dan prematur.  Pre-eklampsia dapat berkembang secara progresif menjadi eklampsia yaitu pre-eklampsia ditambah dengan kejang dan koma (Maryunani dkk, 2009).

8 Penatalaksanaan
            Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan. Maka perawatan dibagi menjadi:
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medisial.
a.  Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment (NST & USG )
Indikasi
Pada ibu :
1.       Usia kehamilan 37 minggu lebih.
2.      Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia.
3.      Kegagalan tetapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan  medikamentosa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24   jam terapi medikamentosa tidak ada perbaikan.
Pada janin
1. Hasil fetal assessment jelek (NST & USG)
2. Adanya tanda IUGR
Laboratorium
Adanya HELLP syndrome
b.    Pengobatan Medikamentosa yaitu :
1.    Segera masuk rumah sakit
2.    Tidur berbaring, miring ke satu sisi (sebaiknya kiri), tanda
     vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap9w jam.
3.    Infuse dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan
     infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc
4.    Antasida
5.    Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6.    Pemberian obat anti kejang : diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan 40 mg dalam Dekstrose 10% selama 4-6 jam. Atau MgSO4 40% 5 gram IV pelan-pelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500 cc untuk 6 jam.
c.    Pengobatan obstetrik
1.    Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
     Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai
     bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
Seksio sesaria bila :
a. Fetal assessment jelek
b. Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai bishop kurang
          dari 5) atau adanya kontaindikasi tetesan oksitosin.
c.  12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk
          fase aktif.
d.   Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
2.    Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
2.a. Kala I
Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria
Fase aktif : Amniotomi saja. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio seksaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin)  
b. Kala II
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian terapi medikamentosa. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang bila keadaan memungkinkan terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medis.
a. Perawatan konservatif
Indikasi : Bila kehamilan preterm atau kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
Terapi medikamentosa : Sama dengan terapi medikamentosa pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar