Senin, 14 Januari 2013

BBLR


2.1  Berat Badan Lahir Rendah
2.1.1  Pengertian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Prawirohardjo, 2007).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati, 2010).

2.1.2    Etiologi
Menurut  Proverawati (2010). Faktor- faktor yang dapat menyebabkan kejadian BBLR, yaitu:
1.    Faktor ibu :
a)      Penyakit
1.      Mengalami komplikasi kehamilan, seperti pendarahan ante partum, hipertensi, preeklampsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal)
2.      Menderita penyakit seperti malaria, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS.
b)      Ibu
1.    Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2.    Kehamilan ganda (multi gravida)
3.    Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
4.    Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c)      Keadaan sosial ekonomi:
1.    Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
2.    Mengejar aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat.
3.    Keadaan gizi yang kurang baik.
4.    Pengawasan antenatal yang kurang.
5.    Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.
d)     Sebab lain:
1.    Ibu merokok
2.    Ibu peminum alcohol
3.    Ibu pecandu obat narkotik
4.    Penggunaan obat antimetabolik
2.    Faktor janin:
a)        Kelainan kromosom
b)        Infeksi janin kronik
c)        Radiasi
d)       Kehamilan ganda/kembar (gemeli)
3.    Faktor plasenta:
a)      Berat plasenta berkurang atau berongga
b)      Luas permukaan berkurang
c)      Plasentitis vilus (bakteri dan virus)
d)     Tumor (mola hidatidosa)
e)      Plasenta yang lepas
f)       Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)
4.      Faktor lingkungan:
a)      Bertempat tinggal di dataran tinggi
b)      Terkena radiasi
c)      Terpapar zat beracun

2.1.3   Klasifikasi BBLR
Bayi BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan lahir rendah yaitu :
a. Menurut Sarwono Prawiharjo (2007), diklasifikasikan berdasarkan berat badan waktu lahir, yaitu:
1)   Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500-2.500 gram.
2)   Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.500 gram.
3)   Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.000 gram
b. Menurut Pantiawati (2010), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi dua golongan :
1)      Prematuritas murni
Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus  kurang bulan sesuai masa kehamilan.
2)      Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan.
c.   Menurut Wiknjosastro (2007), WHO (1979) membagi umur kehamilan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1)      Pre-term: kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 Hari).
2)      Aterm: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap (259- 293 hari).
3)   Post-term: 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih).

2.1.4    Tanda dan Karakteristik BBLR
Menurut Proverawati (2010), tanda dan karakteristik BBLR, yaitu :
a.       Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b.      Panjang badan  kurang dari 46 cm
c.       Lingkar kepala kurang dari 33 cm
d.      Lingkar dada kurang dari 30 cm
e.       Kepala tidak mampu tegak
f.       Pernapasan 40 – 50 kali per menit
g.      Nadi 100 – 140 kali per menit
h.      Rambut lanugo masih banyak
i.        Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j.        Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
k.      Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l.        Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turu ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang  
m.    Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
n.      Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah
o.      Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot jaringan lemak masih kurang.
p.      Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
2.1.5   Prognosis Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
Prognosis bayi dengan berat badan lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/ makin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, dislasia bronkopulmonal, retrorental fibroplasias, infeksi, gangguan metabolic, (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan saat kehamilan, persalinan, dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia) (Anonymous, 2010).

2.1.6  Pencegahan BBLR
Menurut Pantiawati (2010), pada kasus berat lahir rendah (BBLR) pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun waktu kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
b.   Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk merawat dan memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur dan mengkonsumsi makanan yang bergizi sehingga dapat menanggulangi masalah ibu hamil resiko tinggi sedini mungkin untuk menurunkan resiko lahirnya bayi berat badan lahir rendah.
c.   Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun reproduksi sehat ( 20-34 tahun ).
d.   Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Menurut Proverawati (2010), pada kasus berat lahir rendah (BBLR) pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Mendorong perawatan kesehatan remaja.
b.      Mengusahakan semua ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal yang komprehensif.
c.       Memperbaiki status gizi ibu hamil, dengan mengkonsumsi makan yang lebih sering atau lebih banyak, dan lebih diutamakan makanan yang mengandung gizi yang seimbang.
d.      Menghentikan kebisaan merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol pada ibu hamil
e.       Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selam kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan  muda.
f.       Mengkonsumsi tablet zat besi secara teratur sebanyak 1 tablet per hari.
g.      Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor resiko yng mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada intitusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
h.      Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar meraka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
i.        Menganjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal.
j.        Kurangi kegiatan yang melelahkan secara fisik semasa kehamilan .
k.      Konseling pada suami istri untuk mengusahakan  agar menjaga jarak antar kehamilan paling sedikit dua tahun.
l.        Meningakatakan penerimaan gerakan Keluarga Berancana (KB), dengan mendorong penggunaan metode kontrasepsi yang modern dan sesuai untuk menjarangkan kehamilan.
 
2.1.7    Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka penatalaksanaan yang perlu dilakukan yaitu dengan memperhatikan pengukuran suhu lingkungan, pemberian makan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi (Subramanian, 2006).
Penanganan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut (Anonymous, 2010) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1.      Pengaturan suhu
Bayi dimasukan dalam inkubator dengan suhu yang diatur:
a.       Bayi berat badan dibawah 2 kg 35 ºC
b.      Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 34 ºC
Suhu inkubator diturunkan 1ºC setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27ºC.
2.      Makanan bayi  
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung, untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencengah muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Biasanya pada bayi BBLR belum sempurna refleks menghisap, kapasitas lambung masih kecil, dan daya enzim pencernaan, terutama lipase masih kurang, maka makanan diberikan dengan pipet sediki-sedikit namun lebih sering. Bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol  maka bayi diberi minum melalui sonde lambung.

2.1.7        Komplikasi pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Menurut Subramanian (2006), komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
a.       Hipotermia
b.      Hipoglikemia
c.       Gangguan cairan dan elektrolit
d.      Hiperbilirubinemia
e.       Sindroma gawat nafas
f.       Paten duktus arteriosus
g.      Infeksi
h.      Perdarahan intraventrikuler
i.        Apnea of Prematurity
j.        Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain (Subramanian,2006):
a.       Gangguan perkembangan
b.      Gangguan pertumbuhan
c.       Gangguan penglihatan (Retinopati)
d.      Gangguan pendengaran
e.       Penyakit paru kronis
f.       Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
g.      Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Medika.
Anonymous, 2010. Dikutip dari http://d3kebidanan.blogspot.com/2009/11/ asuhan-kebidanan-pada-bayi-baru.html. Diakses tanggal 22 Mei 2011
Departemen Kesehatan R.I, 2005. Berat Badan Lahir Rendah BBLR.html. Diakses  21 Mei 2011
Dinas Kesehatan Palembang. 2010. Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang
Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Palembang. 2010. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Selatan
Hidayat, Alimul Aziz. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Mochtar, 2005. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Mubarak, Bambang Adi Santoso, Khoirul Rozikin dan Siti Patonah, 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas. Erlangga: Jakarta.
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika
PP, IBI. 2006. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2010
Proverawati, Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika
Salmah, 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar