2.1 Berat Badan Lahir Rendah
2.1.1 Pengertian
Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Prawirohardjo, 2007).
Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
(Pantiawati, 2010).
BBLR adalah bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa
kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau
sama 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru
lahir dengan berat kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight
Infants (Proverawati, 2010).
2.1.2 Etiologi
Menurut
Proverawati (2010). Faktor- faktor yang dapat menyebabkan kejadian BBLR,
yaitu:
1.
Faktor
ibu :
a)
Penyakit
1.
Mengalami
komplikasi kehamilan, seperti pendarahan ante partum, hipertensi, preeklampsia
berat, eklampsia, infeksi selama
kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal)
2.
Menderita
penyakit seperti malaria, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS.
b)
Ibu
1.
Angka
kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun
2.
Kehamilan
ganda (multi gravida)
3.
Jarak
kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
4.
Mempunyai
riwayat BBLR sebelumnya.
c)
Keadaan
sosial ekonomi:
1. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
2. Mengejar
aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat.
3.
Keadaan
gizi yang kurang baik.
4.
Pengawasan
antenatal yang kurang.
5.
Kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.
d)
Sebab
lain:
1.
Ibu
merokok
2.
Ibu
peminum alcohol
3.
Ibu
pecandu obat narkotik
4.
Penggunaan
obat antimetabolik
2. Faktor
janin:
a)
Kelainan kromosom
b)
Infeksi janin kronik
c)
Radiasi
d) Kehamilan
ganda/kembar (gemeli)
3. Faktor
plasenta:
a)
Berat
plasenta berkurang atau berongga
b) Luas
permukaan berkurang
c)
Plasentitis
vilus (bakteri dan virus)
d) Tumor
(mola hidatidosa)
e) Plasenta
yang lepas
f)
Sindrom
transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)
4. Faktor
lingkungan:
a) Bertempat
tinggal di dataran tinggi
b) Terkena
radiasi
c) Terpapar
zat beracun
2.1.3 Klasifikasi BBLR
Bayi BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan
dan berat badan lahir rendah yaitu :
a. Menurut Sarwono Prawiharjo (2007), diklasifikasikan
berdasarkan berat badan waktu lahir, yaitu:
1) Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500-2.500
gram.
2) Berat
Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
<1.500 gram.
3) Berat
Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
<1.000 gram
b. Menurut
Pantiawati (2010), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi
dua golongan :
1) Prematuritas
murni
Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia
kehamilan atau disebut neonatus kurang
bulan sesuai masa kehamilan.
2) Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah
persentil pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi
kecil untuk masa kehamilan.
c. Menurut
Wiknjosastro (2007), WHO (1979) membagi umur kehamilan menjadi tiga kelompok,
yaitu :
1) Pre-term:
kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 Hari).
2) Aterm:
mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap (259- 293 hari).
3) Post-term: 42
minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih).
2.1.4 Tanda dan
Karakteristik BBLR
Menurut Proverawati
(2010), tanda dan karakteristik BBLR, yaitu :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b.
Panjang badan kurang dari 46 cm
c.
Lingkar kepala kurang
dari 33 cm
d.
Lingkar dada kurang
dari 30 cm
e.
Kepala tidak mampu
tegak
f.
Pernapasan 40 – 50 kali
per menit
g.
Nadi 100 – 140 kali per
menit
h.
Rambut lanugo masih
banyak
i.
Jaringan lemak subkutan
tipis atau kurang
j.
Tulang
rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
k.
Tumit mengkilap,
telapak kaki halus
l.
Genetalia belum
sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol
(pada bayi perempuan). Testis belum turu ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue
pada skrotum kurang
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan
pergerakannya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya
lemah
o. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan
otot jaringan lemak masih kurang.
p. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
2.1.5 Prognosis Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
Prognosis bayi
dengan berat badan lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/ makin rendah berat badan bayi
makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan
pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, dislasia bronkopulmonal, retrorental
fibroplasias, infeksi, gangguan metabolic, (asidosis, hipoglikemia,
hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung keadaan sosial ekonomi,
pendidikan orang tua dan perawatan saat kehamilan, persalinan, dan postnatal
(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi
gangguan pernafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia) (Anonymous, 2010).
2.1.6 Pencegahan BBLR
Menurut Pantiawati (2010), pada kasus berat lahir rendah
(BBLR) pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala
minimal 4 kali selama kurun waktu kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil
yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR
harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.
b. Memberikan
penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk merawat dan memeriksakan
kehamilan dengan baik dan teratur dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
sehingga dapat menanggulangi masalah ibu hamil resiko tinggi sedini mungkin
untuk menurunkan resiko lahirnya bayi berat badan lahir rendah.
c. Hendaknya ibu
dapat merencanakan persalinannya pada kurun reproduksi sehat ( 20-34 tahun ).
d. Perlu dukungan
sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama
hamil.
Menurut Proverawati (2010), pada kasus berat lahir rendah
(BBLR) pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a.
Mendorong
perawatan kesehatan remaja.
b.
Mengusahakan
semua ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal yang komprehensif.
c.
Memperbaiki
status gizi ibu hamil, dengan mengkonsumsi makan yang lebih sering atau lebih
banyak, dan lebih diutamakan makanan yang mengandung gizi yang seimbang.
d.
Menghentikan
kebisaan merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol pada ibu hamil
e.
Meningkatkan
pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selam kurun kehamilan dan
dimulai sejak umur kehamilan muda.
f. Mengkonsumsi
tablet zat besi secara teratur sebanyak 1 tablet per hari.
g. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama faktor resiko yng mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada intitusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
h. Penyuluhan
kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda
bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar meraka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
i.
Menganjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan
mendekati aterm atau istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari
kehamilan normal.
j.
Kurangi kegiatan yang melelahkan secara fisik semasa
kehamilan .
k. Konseling
pada suami istri untuk mengusahakan agar
menjaga jarak antar kehamilan paling sedikit dua tahun.
l.
Meningakatakan penerimaan gerakan Keluarga Berancana
(KB), dengan mendorong penggunaan metode kontrasepsi yang modern dan sesuai
untuk menjarangkan kehamilan.
2.1.7 Penatalaksanaan
Mengingat belum
sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan dan penyesuian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka penatalaksanaan yang perlu dilakukan yaitu
dengan memperhatikan
pengukuran suhu lingkungan, pemberian makan dan bila perlu pemberian oksigen,
mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi (Subramanian, 2006).
Penanganan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut
(Anonymous, 2010) dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Pengaturan
suhu
Bayi
dimasukan dalam inkubator dengan suhu yang diatur:
a.
Bayi
berat badan dibawah 2 kg 35 ºC
b.
Bayi
berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 34 ºC
Suhu
inkubator diturunkan 1ºC setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu
lingkungan sekitar 24-27ºC.
2. Makanan
bayi
Sebelum
pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung, untuk
mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencengah muntah. Penghisapan
cairan lambung juga dilakukan pada setiap sebelum pemberian minum berikutnya.
Biasanya pada bayi BBLR belum sempurna refleks menghisap, kapasitas lambung
masih kecil, dan daya enzim pencernaan, terutama lipase masih kurang, maka makanan diberikan
dengan pipet sediki-sedikit namun lebih sering. Bayi dengan berat kurang dari
1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol maka bayi diberi minum melalui sonde lambung.
2.1.7
Komplikasi
pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Menurut Subramanian (2006), komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat
lahir rendah antara lain:
a.
Hipotermia
b.
Hipoglikemia
c.
Gangguan cairan dan elektrolit
d.
Hiperbilirubinemia
e.
Sindroma gawat nafas
f.
Paten duktus arteriosus
g.
Infeksi
h.
Perdarahan intraventrikuler
i.
Apnea of Prematurity
j.
Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada
bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain (Subramanian,2006):
a.
Gangguan perkembangan
b.
Gangguan pertumbuhan
c.
Gangguan penglihatan (Retinopati)
d.
Gangguan pendengaran
e.
Penyakit paru kronis
f.
Kenaikan angka kesakitan dan sering
masuk rumah sakit
g.
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Medika.
Anonymous, 2010. Dikutip dari http://d3kebidanan.blogspot.com/2009/11/
asuhan-kebidanan-pada-bayi-baru.html. Diakses tanggal 22 Mei 2011
Departemen Kesehatan R.I, 2005. Berat Badan Lahir
Rendah BBLR.html. Diakses 21 Mei
2011
Dinas Kesehatan Palembang. 2010. Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang
Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Palembang. 2010. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Selatan
Hidayat, Alimul Aziz. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Mochtar, 2005. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Mubarak, Bambang Adi Santoso, Khoirul Rozikin dan
Siti Patonah, 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas. Erlangga:
Jakarta.
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan
BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika
PP, IBI. 2006. 50
Tahun Ikatan Bidan Indonesia Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan, 2010
Proverawati, Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika
Salmah, 2006. Asuhan
Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar