Senin, 14 Januari 2013

Kematian Janin


2.1 Definisi Kematian Janin
     Menurut WHO kematian janin adalah kematian yang terjadi pada janin dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram. (Nugroho, 2010)
     IUFD ( Intra Uterine Fetal Death ) atau kematian janin dalam rahim yaitu kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih ( Nasdaldy, 2010 )
     Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernapas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan  seperti denyut jantung janin dan kontraksi otot. Kematian janin dapat dibagi 4 golongan yaitu: golongan I kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh. Golongan II kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu. Golongan III kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu. Golongan IV kemataian yang tidak dapat digolongkan pada pada ketiga golongan diatas. (Wiknjosastro, 2006)

2.2 Penyebab Kematian Janin
       Menurut Nugroho penyebab kematian janin :
1.    Kehamilan diatas usia 36 minggu pada ibu dengan penyakit Diabetes Melitus.
2.    Trauma.
3.    Mungkin terjadi lilitan tali pusat yang menimbulkan kematian.
4.    Terjadi simpul tali pusat.
5.    Gangguan nutrisi menjelang kehamilan cukup bulan.
6.    Kehamilan dengan perdarahan.
7.    Kehamilan lewat waktu lebih dari 14 hari
Sedangkan Menurut  Buku Obstetri William penyebab kematian janin adalah :
1.    Faktor plasenta
a)    Solusio plasenta
b)   Plasenta previa
2.    Faktor ibu
a)    Diabetes mellitus
b)   Preeklampsi dan eklampsi
c)    Nefritis kronis
d)   Polihidramnion dan oligohidramnion
e)    Shipilis
f)    Penyakit jantung
g)   Hipertensi
h)   Penyakit paru atau TBC
i)     Inkompatability rhesus
j)     AIDS

3.    Faktor intrapartum
a)    Perdarahan antepartum
b)   Partus lama
c)    Anastesi
d)   Partus macet
e)    Persalinan presipitatus
f)    Persalinan sungsang
g)   Obat-obatan
4.    Faktor janin
a)    Prematuritas
b)   Postmaturitas
c)    Kelainan bawaan
d)   Perdarahan otak
5.    Faktor tali pusat
a)    Prolapsus tali pusat
b)   Lilitan tali pusat
c)    Vassa praevia
d)   Tali pusat pendek

2.3 Diagnosis Kemataian Janin
         Kematian janin dalam rahim, sering dirasakan mula-mula oleh penderita sendiri berupa hilangnya gerak janin, kehilangan berat badan, perubahan payudara dan hilangnya nafsu makan.
              Penentuan diagnosis kematian janin sebagai berikut :
1.    Cara sederhana
a.         Pengukuran tinggi fundus uteri ( TFU ) : TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan, patut dicurigai adanya kematian janin dalam rahim.
b.        Gerakan janin dalam rahim: Gerakan janin dapat dirasakan pada kehamilan 18 – 20 minggu.
c.         Denyut jantung janin( DJJ ) : ada / tidak adanya  DJJ merupakan cara mudah menentukan janin hidup / mati DJJ dapat didengar dengan stetoskop lanence ( 18 – 20 minggu), Doppler ( 12 minggu )
2.    Pemeriksaan Penunjang
a.         Pemeriksaan USG : bila didapatkan satu atau lebih tanda sebagai
       berikut:
-   Pengurangan penampang GS dibanding pengukuran yang dibuat 2 minggu terakhir.
-   Tidak terlihat gerakan janin
-   Tidak terlihat DJJ
-   Nampak gambaran spalding sign tulang tengkorak
b.        Pemeriksaan Radiologi
-   Angulasi tulang belakang janin
-   Spalding sign sebagai gambaran tumpang tindih tulang tengkorak
   janin
-   Terlihat adanya udara didalam pembuluh darah besar janin 1 sampai 2
   hari setelah kematian, disebut hallo sign
c.         Pemeriksaan Laboratorium ( dilakukan bila saran dan dana
       memungkinkan )
a)    Ibu
-       Kadar alfa fetoprotein ( AFP ) serum darah ibu
-       Kadar Estriol serum darah ibu / urin 14 jam. Untuk menilai fungsi
     fetoplasenter
b)   Janin
-       Pemeriksaan amnion dengan amniosentesis
Warna air ketuban normal jernih, bila ternoda mekonium dapat bermacam-macam sehingga akan bewarna hijau, kuning, coklat muda, coklat tua sampai hitam, dapat pula air ketuban kental, keruh, seperti lumpur sehingga terjadi tanda gawat janin sampai menimbulkan kematian janin.
-       Kreatinin fosfokinase
Kadar normal dalam cairan amnion 30µu/ml. Pada kematian janin dapat meningkat sampai 1000 µu/ml Kenaikan kadar kreatinin fosfokinase terjadi pada 4-5 hari kematian janin dalam rahim.
-       Kromosom
Monosomi autosom dianggap sebagai penyebab kematian janin
-       Amniografi
Air ketuban diperiksa setelah disentrifuge dengan spektrofotometer untuk melihat konsentrasi bilirubin dan oksihemoglobin, bila kadar bilirubin sangat tinggi, kemungkinan kematian janin dalam waktu 7-10 hari sebesar 56-80 %.
-       Fetoskopi
Merupakan cara untuk melihat janin dan plasenta secara langsung dengan endoskopi.

2.4 Penatalaksanan
       Menurut Rukiyah (2010) penatalaksanaan kematian janin sebagai berikut :
a.     Bila diduga telah terjadi kematian janin dalam rahim jangan terlalu terburu-buru bertindak sebaiknya observasi dulu dalam waktu 3-4 minggu.
b.    Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalianan yang spontan
c.     Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosa. partus belum mulai lakukan induksi
d.    Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen atau langsung dengan pemberian oksitosin drip atau tanpa amniontomi.
       Sedangkan menurut Saifuddin (2006) Penanganan kematian janin sebagai berikut:  
a.     Periksa tanda vital
b.    Ambil darah untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, golongan darah ABO dan rhesus.
c.     Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarganya.
d.    Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien.
e.     Rencana persalinan pervagina dengan cara induksi maupaun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil.
f.     Bila pilihan adalah pada ekspektatif : tunggu persalianan spontan hingga 2 minggu, yakinlah bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
g.    Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin atau misoprostol. Seksio sesarea merupakan pilihan misalnya letak lintang.
h.    Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
i.      Pemeriksaan patologi plasenta akan mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.



2.5 Pengelolaan Kematian Janin
       Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera dikeluarkan secara :
a.     Lahir spontan : 75% akan lahir dalam waktu 2 minggu.
b.    Persalianan anjuran
-       Dilatasi serviks dengan batang laminaria
-       Dilatasi serviks dengan kateter folley
-       Infus oksitosin
-       Induksi prostaglandin

2.6  Pencegahan Kematian Janin
a.    Periksa kehamilan sekurang kurangnya 4 kali yaitu 1 kali pada trimester pertama. 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Keadaan yang merupakan tanda bahaya dan perlu segera dilaporkan oleh ibu hamil :
-       Perdarahan lewat jalan lahir
-       Pembengkakan muka, kaki atau jari kaki
-       Sakit kepala berat dan kejang
-       Pengelihatan kabur
-       Nyeri perut
-       Muntah terus menerus
-       Demam
-       Keluar cairan banyak lewat jalan lahir
-       Tidak merasakan gerakan janin.
b.    Makanan dengan nilai gizi yang baik
     Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, kematian janin dalam rahim, partus prematurus, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis dan lain-lain.
c.     Pemeiksaan serologik
-       Pemeriksaan TORCH ( Toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan
     herpes )
-       Pemeriksaan VDRL ( venereal disease research laboratory ) menunjukkan
     uji untuk mendeteksi sifilis. ( Nugroho, 2010 ) 




3 komentar:

  1. gan minta daftar pustaka nya, terimakasih,bantuan sangat di butuhkan

    BalasHapus
  2. Lengkapi daftar pustakanya dong kak

    BalasHapus
  3. Lengkapi daftar pustakanya dong kak

    BalasHapus