2.1.1 Definisi
Presentasi Bokong
Presentasi bokong adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah kavum uteri.(20)
Presentasi bokong adalah letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri.(7)
Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin
merupakan katup bawah dan penunjuknya adalah sakrum.(18)
Gambar 2.1 Presentasi Bokong
2.1.2 Klasifikasi
Presentasi Bokong
Klasifikasi presentasi bokong menurut Liu (2008)
adalah:
1. Ekstensi (Frank
Breech)
Posisi ini paling
sering ditemukan yang terjadi sebesar 75% kejadian presentasi bokong pada primigravida
dan 50% pada multigravida. Penempelan
yang baik terhadap serviks mungkin
dilakukan tetapi tungkai yang ekstensi
dapat membebat janin yang menghambat fleksi
lateral tubuh. Kelahiran tungkai memerlukan bantuan.
2. Presentasi Bokong Sempurna (Complete Breech)
Terjadi terutama
pada ibu multigravida dengan
diameter pelviks baik atau pada gestasi
multipel terdapat resiko prolaps tali
pusat. Proses persalinan secara spontan atau melalui ekstremitas bawah yang
mudah mungkin dapat dilakukan.
3. Presentasi Bokong Tidak Sempurna (Incomplete Breech)
Presentasi ini jarang terjadi. Terdapat penempelan yang buruk pada serviks sehingga memiliki resiko yang
lebih tinggi terjadinya prolaps tali
pusat. Presentasi ini dapat mengindikasikan kesulitan dalam penurunan sehingga
direkomendasikan kelahiran dengan sectio
sesaria.
2.1.3 Epidemiologi Presentasi Bokong
Kejadian presentasi bokong sekitar 3-4% tetapi
memiliki angka morbiditas dan mortalitas janin yang tinggi. Angka
Kematian Bayi akibat presentasi
bokong di negara berkembang masih sangat tinggi daripada persalinan letak
kepala yaitu 12-14 %. Menurut laporan dari Easment,
presentasi bokong ditemukan kira-kira
2-4%. Greenhill melaporkan
sebanyak 4-4,5% kejadian presentasi bokong, kemudian Holland melaporkan sebanyak 2-3% kejadian presentasi bokong.(20)
Presentasi bokong terjadi pada
25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada
7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan
yang terjadi pada kehamilan aterm. Sebagai
contoh 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal mulai tahun 1990 sampai 1999
di Parkland Hospital merupakan presentasi
bokong. (22)
2.1.4 Patofisiologis
Letak janin dalam
uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri
dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan
triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus
uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan,
frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan,
janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.(7)
2.1.5 Etiologi
Presentasi Bokong
Menurut
Winkjosastro (2007) penyebab terjadinya presentasi
bokong adalah:
1.
Dari Faktor Ibu
Presentasi bokong disebabkan
oleh multiparitas, plasenta previa dan panggul sempit.
2.
Dari faktor Janin
a.
Hidrosefalus atau anensefalus
b.
Gemelli
c.
Hidramnion atau Oligohidramnion
d.
Prematuritas
Menurut Manuaba
(2008) penyebab terjadinya presentasi
bokong adalah:
1. Panggul sempit
2. Lilitan tali pusat atau tali pusat pendek
3. Kelainan uterus
(uterus arkuatus, uterus duktus, uterus
dupleks)
4.
Terdapat
tumor di pelvis yang mengganggu
masuknya kepala janin ke PAP,
5.
Plasenta previa
6.
Gemeli
2.1.6 Diagnosa
Presentasi Bokong
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), untuk
menegakkan diagnosa maka yang harus dilakukan adalah:
a. Anamnesa
Pergerakan anak teraba oleh ibu di
bagian perut bawah, ibu sering merasa ada benda keras yang mendesak tulang iga
dan rasa nyeri pada tulang iga karena kepala janin.
b. Palpasi
Teraba bagian keras, bundar dan
melenting pada fundus. Punggung dapat
teraba pada salah satu sisi perut, bagian kecil pada sisi yang berlawanan, di
atas symphisis teraba bagian yang
kurang bundar dan lunak.
c. Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ) sepusat
atau ditemukan paling jelas pada tempat
yang lebih tinggi (sejajar atau lebih tinggi dari pusat).
d. Vagina
Toucher
Terbagi 3 tonjolan tulang yaitu tubera os ischii dan ujung os sacrum, anus, genitalia anak jika edema tidak terlalu besar dan dapat
diraba.
e. Perbedaan antar letak sungsang dan kepala pada
pemeriksaan.
Jika anus posisi terendah maka akan
teraba lubang kecil, tidak ada tulang, tidak menghisap, keluar mekonium. Jika presentasi kaki maka akan teraba tumit dengan sudut 90° terasa
jari-jari. Pada presentasi lutut akan
terasa patella dan popliteal. Pada presentasi mulut maka akan terasa ada hisapan di jari, teraba rahang
dan lidah. Presentasi tangan dan
siku: terasa jari panjang, tidak rata, patella (-).
f. Untuk menentukan perbedaan tangan dan kaki:
Pada kaki ada kalkaneus, sehingga terdapat tonjolan tulang yaitu mata kaki dan
kalkaneus. Pada tangan ada mata di pergelangan tangan. Kaki tidak dapat
diluruskan tehadap tungkai, jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.
2.1.7 Komplikasi
Presentasi Bokong
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010),
komplikasi presentasi bokong meliputi:
1. Bagi Ibu
a. Robekan perineum
lebih besar.
b. Jika ketuban pecah dini dapat terjadi partus lama.
b. Infeksi.
2. Bagi janin
Adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong dan perut lahir
karena tali pusat terjepit.
Menurut Manuaba (2008), komplikasi presentasi
bokong pada bayi adalah sebagai berikut:
a. Dapat menurunkan IQ bayi.
b. Perdarahan
intrakranial.
c. Asfiksia.
d. Aspirasi air ketuban.
e. Meningitis.
f. Dislokasi
persendian.
g. Fraktur
ekstremitas.
2.1.8 Penatalaksanaan
Presentasi Bokong
1.
Penatalaksanaan Selama Hamil
Bila pada masa
antenatal ditemui presentasi bokong
terutama pada primigravida, hendaknya
dilakukan versi luar menjadi presentasi
kepala. Versi luar biasanya dilakukan pada pada kehamilan antara 34-38 minggu.
Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan, karena janin masih dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke 38, versi luar sulit berhasil karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban
relatif sudah berkurang.
Sebelum melakukan
versi luar, diagnosis letak janin
harus pasti sedangkan denyut jantung janin
harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudan turun, bokong harus dikeluarkan
dulu dari rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari
kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Tetapi apabila bokong sudah tidak
dapat dikeluarkan maka versi luar tidak dapat dilakukan lagi. (20)
Menurut Manuaba
(2008), versi luar boleh dilakukan dengan syarat :
1. Saat kehamilan usia kehamilan sekitar diatas 34
minggu dan dibawah 38 minggu, dan belum masuk PAP.
2. Saat Inpartu: pembukaan kurang dari 4 cm, ketuban
masih utuh dan bagian terendah belum masuk PAP. Keduanya dilakukan di rumah
sakit dan bila perlu segera dilakukan secsio
sesaria.
Tehnik versi luar
meliputi ekstensi yaitu mengeluarkan
bagian terendah dari PAP, mobilisasi
yaitu mengarahkan bokong ke arah perut janin,
rotasi yaitu memutar bokong atau
kepala dengan putaran 90° (observasi DJJ), fiksasi
yaitu memasukkan kepala ke PAP sehingga terfiksasi.
Posisi knee-chest tindakan ini dapat dilakukan
pada kehamilan sekitar 7-7,5 bulan, masih dapat dicoba melakukan posisi ini 3-4
kali sehari selam 15 menit. Situasi ruangan yang masih longgar diharapkan dapat
memberi peluang bagi kepala untuk turun menuju PAP. Dasar pertimbangan kepala
lebih berat dari bokong sehingga dengan hukum alam akan mengarah ke PAP.
2.
Pertolongan Persalinan
Menurut Varney
(2010), sebelum terjadi persalinan yang sesungguhnya hal-hal berikut harus
sudah dilakukan :
1. Pemerikasaan abdomen secara cermat, sonografi atau sinar X untuk menyingkirkan hiperekstensi
kepala, hydrosefalus atau presentasi
kaki atau mulut.
2. Pembukaan lengkap.
3. Keraguan tentang keadekuatan panggul ibu sudah
terjawab.
4. Pengosongan kandung kemih.
5. Episiotomi jika diperlukan.
6. Penentuan upaya mengejan yang baik.
7. Persiapan upaya bayi baru lahir yang lengkap.
8. Pengaturan posisi ibu pada tepi tempat tidur.
9. Kolaborasi dengan dokter.
Menurut Fachrudin
(2009) penatalaksanaan persalinan bokong meliputi :
1.
Persalinan Spontan (Spontan Bracht)
Persalinan berlangsung dengan
tenaga ibu sendiri, tanpa manipulasi penolong
2.
Ekstraksi Parsial
Ekstraksi parsial dilakukan jika persalinan sontan tidak berhasil, atau jika scapula inferior tidak terlihat setelah ibu mengedan sebanyak 2-3 kali. Fase persalinan pada ekstraksi parsial :
1. Fase lambat
Fase dimana penolong menunggu dengan
sabar lahirnya bokong sampai umbilicus,
setelah itu tali pusat dikendurkan.
2. Fase Cepat
Fase dimana penolong harus bertindak
cepat, mulai dari lahirnya umbilicus
sampai lahirnya mulut, maksimal waktu adalah 8 menit.
3. Fase Lambat
Fase mulai dari lahirnya mulut, sampai
berturut turut lahir hidung, dahi dan seluruh kepala.
Ekstraksi Parsial dapat
dilakukan dengan tiga cara:
1. Cara Klasik
Prinsipnya adalah melahirkan bahu
belakang terlebih dahulu. Untuk melahirkan bahu belakang, kedua kaki dipegang
dengan satu tangan, di tarik cunam
keatas sejauh mungkin , dan tangan yang satu lagi melahirkan tangan belakang.
2. Cara
Muller
Prinsipnya adalah melahirkan bahu
depan terlebih dahulu, kedua tangan penolong memegang panggul bayi secara femuro-pelvik dan ditarik cunam ke bawah sampai bahu depan lahir,
kemudian ditarik ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
3.
Cara Lovset
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara memutar badan janin 180 derajat, kemudian setelah bahu
depan lahir, badan janin diputar lagi
ke arah berlawanan untuk melahirkan bahu belakang.
3. Ekstraksi Total
Ada dua macam ekstraksi total, ekstraksi bokong dan ekstraksi
kaki.
Ekstraksi bokong dilakukan jika bokong sudah berada di dasar panggul, sedangkan ekstraksi kaki dilakukan pada presentasi kaki, atau bokong masih dapat
dibebaskan dari pintu atas panggul. Kaki diturunkan dengan cara Pinard.(3)
Menurut
Winkjosastro (2007), penatalaksanaan persalinan presentasi bokong adalah sebagai berikut :
1. Ditentukan terlebih dahulu apakah ada indikasi
untuk melakukan secsio sesaria seperti
kesempitan panggul, plasenta previa,atau
ada tumor dalam rongga panggul. Apabila tidak ada hendaknya dilakukan
pengawasan kemajuan persalinan kristeller
karena dapat membuat kedua lengan menjungkit ke atas dan kepala terdorong turun
diantara lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan bahu.
2. Setelah bokong lahir, tidak boleh melakukan
tarikan atau dorongan kristeller
karena dapat membuat kedua lengan menjungkit ke atas dan kepala terdorong turun
diantara lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan bahu.
3. Pada saat kepala masuk ke dalam rongga panggul
tali pusat tertekan antara kepala janin dan panggul ibu. Dengan demikian
lahirnya kepala tidak boleh memakan waktu lebih dari 8 menit setelah umbilikus lahir. Setelah umbilikus lahir, tali pusat ditarik
sedikit sehingga kendor untuk mencegah teregangnya tali pusat dan tali pusat
terjepit antara kepala dan panggul.
4. Untuk melahirkan bahu dan kepala dapat dipilih
beberapa tindakan
a.
Prasat
bracht
Bokong dan pangkal paha janin dipegang dengan 2 tangan kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin sehingga lambat laun badan bagian atas, bahu lengan dan
kepala janin dapat dilahirkan. Pada
prasat bracht ini, penolong tidak
sama sekali melakukan tarikan dan hanya membantu melakukan proses persalinan
sesuai dengan mekanisme persalinan presentasi
bokong. Tatapi prasat bracht
tidak selalu berhasil melahirkan bahu dan kepala sehingga untuk mempercepat
kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual
haid atau manual hilfe.
b.
Cara klasik
Pada dasarnya lengan
kiri janin dilahirkan oleh tangan
kiri penolong, sedangkan lengan kanan janin
dilahirkan dengan tangan kanan penolong, kedua lengan dilahirkan sebagai lengan
belakang. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan kedua
tangan, badan ditarik ke bawah sampai dengan ujung bawah scapula depan terlihat dibawah symphisis.
Kedua kaki janin dipegang dengan
tangan yang berlawanan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh janin ditarik ke atas sehingga perut janin ke arah perut ibu tangan penolong
yang satu dimasukkan kedalan jalan lahir
dengan menelusuri punggung janin
menuju lengan belakang sampai ke fossa
cubiti. Dua jari tangan tersebut ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan bimbingan
jari-jari tersebut.
Untuk melahirkan
lengan depan, dada dan punggung janin dipegang
dengan kedua tangan, tubuh janin
diputar untuk merubah lengan depan supaya berada di belakang dengan arah
putaran demikian rupa sehingga punggung melewati symphisis kemudian lengan yang sudah berada di belakang tersebut
dilahirkan dengan cara yang sama. Cara klasik tersebut dilakukan apabila lengan
depan menjungkit ke atas atau berada dibelakang leher janin. Karena memutar
tubuh dapat membahayakan janin maka apabila letak bahu normal cara klasik dapat
dilakukan tanpa memutar tubuh janin,
sehingga lengan kedua dilahirkan tetap sebagai lengan depan. Kedua kaki
dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan depan untuk menarik
tubuh janin kebawah sehingga punggung
janin mengarah ke bokong ibu. Tangan yang lain menelusuri punggung janin menuju ke lengan depan sampai fossa cubiti dan lengan depan
dikeluarkan dengan kedua jari yang sejajar dengan humerus.
c.
Muller
Dengan kedua
tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin
ditarik ke bawah sampai bahu depan berada di bawah symphisis kemudian lengan depan dikeluarkan dengan cara yang kurang
lebih sama dengan cara yang telah diuraikan di depan, sesudah itu baru lengan
belakang dilahirkan.
d.
Lovset
Dasar pemikirannya
adalah bahu belakang janin selalu
berada lebih rendah daripada bahu depan karena lengkungan jalan lahir, sehingga
bila bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan lahir di bawah symphisis setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka
belakang, dengan kedua tangan pada bokong tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung bawah scapula depan terlihat di bawah symphisis.
Kemudian tubuh janin diputar dengan
cara memutar dada dan punggung oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di
depan dan tampak dibawah symphisis,
dengan demikian lengan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu yang lain yang
sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh janin kearah berlawanana sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan dan lengan dapat dilahirkan dengan mudah.
5. Melahirkan kepala
a. Cara Mauriceau (Viet Smillie)
Badan janin dengan perut ke bawah diletakkan
pada lengan kiri penolong. Jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari
manis pada maksila, untuk
mempertahankan supaya kepala janin
tetap dalam keadaan fleksi. Tangan
kanan memegang bahu janin dari
belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di sebelah kiri dan kanan
leher. Janin ditarik ke bawah dengan
tangan kanan sampai suboksiput atau
batas rambut di bawah symphisis.
Kemudian tubuh janin digerakkan ke
atas, sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan fleksi kepala, sehingga muka lahir melewati perineum disususl oleh bagian kepala yang lain. Perlu ditekankan
disini bahwa tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin, karena dapat menyebabkan perlukaan pada mulut dan muka janin.
b. Cunam
Piper
Cara ini dianggap
lebih baik karena dengan cunam
tarikan dilakukan terhadap kepala sedangkan dengan cara Mauriceau tarikan dilakukan pada leher. Kedua kaki janin dipegang oleh pembantu dan diangkat
ke atas kemudian cunam dipasang
melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul. Cunam ditarik ke bawah sampai batas rambut dan suboksiput berada di bawah symphisis,
dengan suboksiput sebagai tititk
pemutaran, cunam diarahkan mendatar
dan ke atas, sehingga muka janin
dilahirkan melewati perineum disusul
oleh bagian kepala yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anonim. Presentasi
Bokong. (Dikutip dari http://medlinux.blogspot.com/. Diakses Tanggal 28 Novenber 2010. Pukul 13. 35 WIB)
2.
Benson dan Pernoll.
2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta. EGC
3.
Fachrudin, Amir.
2009. Presentasi Bokong. (di kutip
dari http://i8.photobucket.com/albums/a46/ef
med2001/emirbannerfix.gif. Diakses tanggal 20oktober 2010. Pukul
13.25)
4.
Hidayat, A.A. 2007.
Metodologi Penelitian Kebidanan Teknik
Analisa Data. Jakarta. Salemba Medika.
5.
Imade. 2008. Penanganan
untuk Kehamilan dan persalinan letak sungsang. (Dikutip dari http://imadeharyoga.com/2008/10/penanganan-untuk-kehamilan-dan-persalinan-letak-sungsang/.
Diakses tanggal 19 November 2010. Pukul 14.00 WIB)
6.
Liu, David. 2008. Manual Persalinan. Jakarta EGC
7.
Manuaba, Ida Bagus
Gde. 2008. Gawat Darurat Obstetri dan
Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta. EGC
8. Profil Depkes RI. 2007
9. Rohani, Dkk. 2010. Asuhan
Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta. Salemba Medika
10. Rukiyah dan yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta. Buku Kesehatan.
11. Sukarsa, Rizkar. 2007. Letak Sungsang. (Dikutip dari http://immahamtaro.wordpress.com/category.
Diakses tanggal 29 November 2010. Pukul 19.35 WIB)
12. Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta. Salemba Medika.
13. Varney. 2010. Buku
Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC
14. Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo.
15. Yatinem. Asuhan
Kebidanan pada Multigravida Letak Sungsang. (Dikutip dari http://yatinem.wordpress.com/2009/02/22/asuhan-kebidanan-dengan-multigravida-letak
sungsang/. Diakses Tanggal 17 Oktober 2010. Pukul
11.25 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar