2.1
Abortus
2.2.1 Definisi
Abortus
adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu
ke 20 (dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir) dan dengan berat <
500 gram. (Joseph HK & M. Nugroho, S 2010)
Abortus
adalah pengakhiran kehamilan sebelum
janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. (Winkjosastro, 2007)
Abortus
adalah terminasi kehamilan sebelum 20
minggu, didasarkan pada tanggal kehamilan hari pertama haid normal terakhir. (Williams,
2009)
2.2.2
Klasifikasi
Abortus Imminens
Menurut Joseph dan Nugroho, 2010 Abortus imminens adalah perdarahan
vagina pada umur kehamilan < 20 minggu. Pada keadaan ini terjadi ancaman
proses keguguran, namun produk kehamilan belum keluar.
a)
Diagnosa Medis:
Anamnesis
1.
Amenorea,
dengan PP test (+)
2.
Vaginal
spotting, keluarnya darah minimal/light
3.
Diikuti nyeri abdomen (lower abdominal pain/abdminal cramping) dalam
beberapa jam hingga hari setelah vaginal
spotting. Nyeri biasanya terletak di anterior
dan berirama seperti pada persalinan biasa, serangan nyeri biasanya berupa
nyeri pinggang bawah persisten disertai perasaan tekanan pada panggul, atau
bisa berupa nyeri tumpul pada daerah simfisis
pubis yang disertai nyeri tekan di daerah
uterus.
b)
Pemeriksaan Ginekologi
1. Ostium
Uteri Eksternum (OUE)
tertutup
2.
Gestastional
Sac (GS) masih utuh sehingga tidak ada
cairan amnion ataupun jaringan yang
keluar.
3.
Biasanya fetus masih hidup
c)
Diagnosis banding :
1.
Kehamilan mola
2.
Kehamilan ektopik
d)
Pemeriksaan penunjang:
USG kehamilan untuk
mendeteksi adanya GS dan keadaan janin.
e)
Penatalaksanaan
1.
Rujuk
ke dokter spesialis kandungan untuk pelaksanaan lanjutan
2.
Tidak
ada terapi spesifik, dianjurkan bed rest
sampai 2-3 hari bebas perdarahan. Meskipun
bukti-bukti menunjukkan adanya manfaat untuk mencegah terjadinya keguguran
3.
Pada penatalaksanaan abortus imminens tidak cukup bukti untuk
pemberian antibiotik profilaksis. Antibiotik digunakan jika terdapat
kecurigaan adanya faktor infeksi maternal.
4.
Pengobatan terapi
supportif dapat diberikan preparat
hematinik seperti sulfas ferosus
600-1000 mg serta tambahan vitamin C
5.
Perdarahan mungkin
dapat menetap selama berminggu-minggu. Evaluasi kehamilan yang diperlukan
antara lain pemeriksaan serial vaginal
sonography untuk mendeteksi gestastional
sac, serum hCG, dan serum progesteron
Abortus Insipiens
Abortus
insipien adalah abortus yang sedang berlangsung,
dengan osteum yang sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat diprtahankan lagi. (Joseph HK &
M. Nugroho, S 2010)
a)
Diagnosa Medis
Anamnesis :
a.
Amenorea,
disertai dengan PP test (+)
b.
Volume darah yang
keluar lebih banyak
c.
Crompy
lower abdominal pain, atau pergerakan servikan dan nyeri adnexial
b)
Pemeriksaan ginekologi:
a.
Dilatasi os cervik, namun belum ada jaringan yang
keluar
b.
Pecahnya selaput
ketuban disertai mengalirnya air ketuban
c)
Penatalaksanaan
1.
Karena pecahnya selaput
ketuban yang terjadi pada paruh pertama kehamilan kemungkinan untuk
penyelamatan kehamilan menjadi sangat kecil, sehingga kehamilan harus
diterminasi dengan cara diinduksi dengan pemberian oksitosin (oksitosin 10 unit dalam 500 cc D5%
dimulai 8 tetes permenit dan naikkan sesuai kontraksi uterus, hati-hati terjadinya kontraksi yang hipertonik sehingga harus dipantau ketat) untuk memacu kontraksi uterus sehingga produk kehamilan dapat
keluar
2.
Alternatif lain dengan
pemberian misoprostol 200-600µg oral
atau vaginal yang menyebabkan terjadinya perlunakan cervik dan kontraksi uterus
sehingga menyebabkan keluarnya produk kehamilan. Bila produk kehamilan belum keluar, maka pemberian misoprostol dapat diulang dengan
interval 6-7 jam
3.
Bila produk kehamilan
yang keluar tidak lengkap lanjutkan dengan kuretase
4.
Pasca kuretase diberikan metilergometrin maleat 3x1 tablet perhari selam 5 hari dan
antibiotik selama 5 hari. Antibiotik yang dapat diberikan seperti, amoxilin,
ampisilin, eritromisin,.
5.
Pada keadaan cervik yang berdilatasi disertai
perdarahan yang pasif sebaiknya dilakukan kuretase
disertai infus drip oksitosin 10-20
IU dalam RL atau NaCL fisiologis. Pemberian infus dapat dimulai dengan kristaloit (RL/NaCL) dengan pemberian
cairan meliputi maintenance dan
ditambah jumlah perdarahan aktif
6.
Pemeriksaan golongan
darah Rh darah rutin bila kehilangan darah dalam jumlah banyak agar dapat
segera dilakukan intervensi yang tepat dengan resusitasi cairan ataupun
transfusi darah
7.
Rujuk kedokter
spesialis kandungan untuk penatalaksanaan lanjutan selanjutnya
Abortus inkomplet
Abortus
inkomplet adalah pengeluaran hasil konsepsi yang
tidak lengkap/ekspulsi parsial dari
hasil konsepsi. Fetus biasanya sudah keluar namun terjadi retensi plasenta, sebagian atau seluruhnya di dalam uterus. Pada abortus inkomplet, perdarahan umumnya masih berlangsung. (Joseph HK
& M. Nugroho, S 2010)
a)
Diagnosa
Anamnesa:
1.
Amenorhea,
disertai dengan PP test (+)
2.
Nyeri perut/abdominal cramping, v\m\\
3.
Ccv jaringan.
b)
Pemeriksaan Ginekologi
1.
Pada pemeriksaan dalam,
untuk abortus yang baru terjadi
didapatkan cerviks terbuka,
kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum
uteri
2.
Uterus
berukuran lebih kecil dari usia kehamilan
d)
Pemeriksaan
penunjang :
USG kehamilan untuk
mendeteksi adanya retensi produk/sisa kehamilan
d)
Penatalaksanaan :
1.
Rujuk ke Dokter
Spesialis Kandungan untuk pelaksanaan lanjutan
2.
Bila ada tanda-tanda
syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah. Pemberian
pada penatalaksanaan syok hipovolemik :
- Untuk memulihkan status volume,
pasang 2 jalur intravena, berikan 1-2
L kristaloid seperti NaCL (0,9%) atau
RL secara intravena selama 30-60
menit, sambil memantau tanda-tanda edema
paru, dan teruskan pemberian cairan berdasarkan tanda vital
3.
Berikan komponen sel darah
merah untuk mempertahankan
4.
Bila pasien demam, antibiotika broad spectrum diberikan
sebelum dilakukan kuretase untuk
mengurangi insidensi postabortal endometritis dan PID. Sedangkan pada pasien yang tidak menunjukkan
gejala infeksi juga diberikan terapi profilaksis
antibiotik
Abortus Komplit
Abortus
komplit adalah keseluruhan hasil konsepsi
dikeluarkan (fetus dan plasenta), sehingga tidak ada yang
teertinggal didalam kavum uteri. (Joseph HK & M. Nugroho, S 2010)
1.
Diagnosa
Anamnesa
:
a.
Amenorhea
b.
Terjadi perdarahan per
vaginan yang kemudian berhenti spontan setelah semua produk kehamilan keluar
c.
Ada
kontraksi uterus yang terasa nyeri yang juga akhirnya berhenti setelah produk
konsepsi keluar
2.
Pemeriksaan Ginekologi :
a.
Osteum
uteri eksternum
tertutup dengan perdarahan minimal dan tidak ditemukan adanya jaringan yang
keluar
b.
Uterus mengecil
3.
Pemeriksaan penunjang :
USG kehamilan
gambaran uterus yang bersih tanpa produk konsepsi
4.
Penatalaksanaan :
a.
Setelah dipastikan
hasil konsepsi telah keluar
seluruhnya kemudian berikan obat-obatan uterotonika
seperti metilergometrin maleat 3x1
tablet perhari selama 5 hari dan antibiotika
kalau perlu
b.
Terapi tidak spesifik,
namun pastikan pasien untuk kontrol dalam beberapa hari berikutnya.
2.2
Epidemiologi
Abortus
merupakan salah satu masalah kesehatan. “Unsafè abortion” menimbulkan
angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut world health organization (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia
Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara
750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di
Filipina, antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand (Azhari, 2005).
Di Afrika,
dilaporkan bahwa sekitar 28% seluruh kematian ibu berhubungan dengan abortus. Sementara, di Tanzania dan Adis Adaba masing-masing
sebesar 21% dan 54%. Hal ini merupakan bagian kecil dari kejadian yang
sebenarnya, sebagai akibat ketidakterjangkauan pelayanan kedokteren moderen
yang ditandai oleh kesenjangan informasi. (Dr.azhari,
2005)
2.2
Etiologi
Menurut Winkjosastro 2007, pada
kehamilan muda abortus tidak jarang
didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang
menyebabkan abortus dibagi sebagai
berikut:
1.
Kelainan Pertumbuhan
Hasil Konsespsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya
menyebebkan kematian mudigah pada
hamil muda.
2.
Kelainan Pada Plasenta
Endarteritis
dapat terjadi dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.
3.
Penyakit Ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pieloneftritis, malaria, dan
lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus.
Anemia berat, keracunan, laparatomi,
peritonitis umum, dan penyakit
menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis
juga dapat menyebabkan abortus
walaupun lebih jarang.
4.
Kelainan Traktus Genitalis
Retroversio
uteri, mioma
uteri merupakan kelainan bawaan uterus
dapat menyebabkan abortus. Tetapi
harus diingat bahwa hanya retroversi uteri
gravidi inkarserata atau mioma
submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah servik inkomplet yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi serviks
beerlebihan, kolonisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
Sedangkan penyebab abortus menrut wikipedia adalah:
Karakteristik ibu hamil dengan
abortus yaitu:
a)
umur
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih
tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian
maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda
seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada
umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain.
b)
Jarak hamil dan bersalin
terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan
pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan
anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami
peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk
karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
c)
Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya
sudah lemah. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1
dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
d)
Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan yang lalu menurut malpas dan
Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan
83,6% . sedangkan, Warton dan Fraser dan Liewellyn – Jones memberi prognosis
yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007)
2.2
Patofisiologi
Pada awal
abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih
dalam, sehingga umunya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan
setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa
abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.
2.2
Komplikasi
Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus
adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
1.
Perdarahan
:
Perdarahan dapat diatasi dengan
pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
trnsfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.
2.
Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat
terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diama-amati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya , perlu segera dilakukan laparotomi, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas. Mungkin pula
terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3.
infeksi
infeksi
terbatas pada desidua, apabila infeksi meyebar lebih jauh, terjadilah
peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok
4. Syok
Syok
pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Winkjosastro Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan, Ed.3. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
2.
http://www.elvinmiradi.com/?s=angka+kematian+abortus+di+palembang&x=54&y=15&=Cari
3.
Nasrin Kodim, 2007.
4. Notoatmodjo Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia.
5. joseph HK & M. Nugroho, S 2010
6. Alimul Aziz Hidayat
7.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, Indonesia.
8.
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstertri Williams, Ed. 21. EGC, Jakarta
9.
Handono, dkk. 2009. Abortus Berulang. Refika Aditama, Bandung.
10.
Wikipedia Indonesia, Gugur Kandungan. http://www.wikipedia.com diakses tanggal 18
Oktober 2010, pukul, 14.23 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar