2.1 Definisi
Ketuban Pecah
Dini atau Premature Of The Membrane (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban yang
berisi cairan ketuban yang terjadi sebelum tanda-tanda inpartu dan pembukaan
pada primi kurang 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm. (10)
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di
atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak. (11)
Ketuban Pecah Dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua factor. (12)
2.2 Etiologi
2.2.1 Etiologi, (10) yaitu :
Penyebab dari (KPSW) ini tidak atau masih belum begitu jelas akan
tetapi ketuban pecah dini mempunyai
multi faktorial, yaitu :
1.
Infeksi : yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPSW.
2. Serviks Inkompotensia
3.
Ketegangan rahim berlebihan : Kehamilan ganda, hidramnion.
4.
Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
5. Kemungkinan kesempitan panggul
: Bagian terbawah belum masuk PAP, sefaloperviks disporforsi.
6. Kelainan bawaan dari selaput
ketuban.
Faktor lain :
a. Faktor golongan darah, akibat
golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan
bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
b. Faktor disproporsi antar
kepala janin dan panggul ibu.
c. Faktor multi graviditas,
merokok dan perdarahan antepartum,
d. Defisiensi gizi dari tembaga
atau asam askorbat ( Vitamin C ).
2.2.2 Etiologi
menurut, (11) yaitu :
1. Serviks inkompeten.
2. Faktor keturunan (ion Cu serum
rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
3. Pengaruh dari luar yang
melemahkan ketuban (infeksi genetalia, meningkatnya enzim proteolitik).
Penyebab umum
ketuban pecah dini yaitu :
a.
Multi/grandemulti.
b.
Overdistensi (hidramnion, hamil ganda).
c.
Disproporsi sefalo pelvis.
d.
Kelainan Letak (lintang, sungsang)
2.2.3 Etiologi menurut (5), yaitu :
1. Selaput keetuban terlalu tipis
(kelainan ketuban).
2. Infeksi (amnionitis atau
korioamnionitis).
3. Faktor-faktor lain yang
merupakan predisposisi adalah : multipara, malposisi, disproporsi, cervix
incompoten, dan lain-lain.
4. Ketuban pecah dini artifial
(amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
2.3 Patofisiologi
Mekanisme
terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
- Selaput
ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi
- Bila
terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban (13).
Ketuban
pecah ssebelum waktunya berhubungan dengan kelemahan menyeluruh membrane fetal
akibat kontraksi uteri dan peregangan berulang. Membran yang mengalami rupture
premature ini tampak memiliki defek fokal dibanding kelemahan menyeluruh.
Daerah dekat tempat pecahnya membrane ini disebut “ restricted zone of extreme
altered morphology” yang ditandai dengan adanya pembengkakan dan kerusakan
jaringan kolagen fibrilar pada lapisan kompakta, fibroblast maupun spongiosa.
Daerah ini akan muncul sebelum ketuban pecah dini dan merupakan daerah
breakpoint awal. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah
akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu
terjadinya ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien dengan resiko tinggi
(14).
2.4 Klasifikasi
Adapun gejala-gejala KPSW
dapat diketahui dengan adanya hal-hal sebagai berikut:
- Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22
minggu.
- Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung.
- Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm
sebelum kehamilan aterm (12).
2.5 Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda ketuban pecah
dini yaitu :
1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran.
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (10).
2.6 Komplikasi
Komplikasi
Pada Persalinan Dengan Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya Yaitu :
1.
Persalinan diantara ketuban pecah sebelum waktunya dalam persalinan disebut
periode laten.
a. Ketuban pecah Sebelum Waktunya (KPSW) pada usia
kehamilan yang lebih dini biasanya disertai oleh periode laten yang lebih panjang.
b. Aterm : Periode laten 24 jam pada 90 % pasien.
c. 28 sampai 34 minggu : 50
% inpartu dalam 24 jam, 80 % - 90 %. Inpartu dalam waktu + satu minggu.
d. Kurang dari 24 – 26
minggu : 50 % inpartu dalam waktu satu minggu
2. Infeksi
Ketuban
pecah dini > 24 jam disertai kenaikan yang nyata resiko terjadinya infeksi.
a. Infeksi Maternal
1) Korioamniotis (Infeksi selaput
ketuban mendahului kelahiran)
2) Endometris
3) Infeksi menyebar dari
endometrium ke mometrium dan bahkan ke parametrium.
4) Infeksi klinis menetap > 24
jam setelah melahirkan
b. Infeksi Fetal
Prolapus tali pusat lebih sering terjadi pada kasus ketuban pecah dini
yaitu 1,5 %, sehingga infeksi pada fetal bisa menyebabkan :
1)
Prematuritas
2)
Gawat janin intrauter (10).
2.7 Pengaruh
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
1. Terhadap Janin
Walaupun pada ibu
belum menunjukan gejala – gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena
infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnioitis,
vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas
dan morbiditas perinatal.
2. Terhadap Ibu
Karena janin telah
terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal apalagi bila terlalu sering
periksa dalam, selain itu juga dijumpai infeksi puerpuralis (nifas),
peritonitas dan septikemia. Ibu akan merasa lelah karena terbaring ditempat
tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan akan naik, nadi cepat dan
terjadilah infeksi (5).
2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan cara :
1. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir.
2. Inspeksis
Pengamatan
dengan mata biasa, akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan
dengan spekulum pada KPSW akan tampak keluar cairan ostium uteri eksternum
(OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta
batuk, mengejan atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan
dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
4. Pemeriksaan Dalam
Didalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi (10).
2.9 Penatalaksanaan
- Penanganan umum
a. Konfirmasi usia kehamilan
(USG)
b. Lakukan pemeriksaan inspekulo
(dengan spekulum DTT) untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan
membedakannya dengan urine.
c. Jika ibu mengeluh perdarahan
pada akhir kehamilan (setelah 22 minggu jangan lakukan pemeriksaan dalam secara
digital.
d. Tentukan ada tidaknya infeksi.
e. Tentukan tanda – tanda inpartu.
- Penanganan khusus
a. Bau cairan ketuban yang khas
b. Jika keluarnya cairan ketuban
sedikit – sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
c. Dengan
pemeriksaan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan
keluar melalui ostium atau terkumpul ditorniks posterior. Perhatian ; jangan
lakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis dan
dapat menyebabkan infeksi.
d. Lakukan tes lakmus (tes
nitrazin). Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya
cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang
positif palsu.
e. Tes pakis, dengan meneteskan
cairan ketuban pada gelas objek dan amnion dan gambaran daun pakis (12).
2.9.1Penanganan Konservatif
1. Rawat di Rumah Sakit
2. Berikan antibiotika (ampisilin
4 x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500
mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan < 32 –
24 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban
tidak keluar lagi.
4. Jika usia kehamilan 32 – 37
minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa ( - ) beri deksametasan, observasi tanda – tanda
infeksi dan kesejahteraan janin.
5. Jika usia kehamilan 32-37
minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),
deksametason, dan induksi setelah 24 jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37
minggu ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu,
leokosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)
8. Pada usia kehamilan 32-34
minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau
kemungkinan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.Dosis Salbutamol
12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, Deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali (12).
2.9.2 Penanganan Aktif
1.
Kehamilan > 37 minggu induksi dengan oksitoksin bila gagal seksio
sesarea. Berikan misoprostol 50 mg intavagina tiap 6 jam maksimal 4 kali
2.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalian
segera diakhiri.
a. Bila skor pelvik <5 dilakukan
pamatangan serviks, kemudian lakukan induksi jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksio sesarea
Bila skor pelvik >5
induksi persalinan atau partus pervaginam